Baru-baru ini, berita tentang Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Presiden Joko Widodo, yang dipilih sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2024, telah menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat.
Kebanyakan dari kita mungkin berharap bahwa pemimpin masa depan akan mewakili aspirasi dan kepentingan anak muda Indonesia. Namun, dengan penunjukan Gibran sebagai cawapres Prabowo, banyak yang merasa bahwa hal ini tidak mewakili anak muda Indonesia secara keseluruhan.
Ada beberapa alasan mengapa penunjukan Gibran sebagai cawapres Prabowo menimbulkan keraguan. Pertama, ada kekhawatiran bahwa Gibran hanya dipilih karena kedudukannya sebagai anak Presiden Jokowi. Ini menimbulkan pertanyaan apakah Gibran dipilih berdasarkan kemampuan dan kualifikasi pribadinya, atau hanya karena kedekatannya dengan orangtua yang berkuasa.
Kedua, ada kekhawatiran bahwa penunjukan Gibran sebagai cawapres Prabowo akan memperkuat persepsi bahwa politik di Indonesia masih didominasi oleh keluarga politik dan elit. Hal ini dapat mengurangi harapan bahwa anak muda Indonesia memiliki kesempatan yang adil untuk terlibat dalam dunia politik dan berkontribusi dalam pembangunan negara.
Sebagai negara demokrasi yang berkembang, penting bagi kita untuk memastikan bahwa pemimpin masa depan mewakili beragam aspirasi dan kepentingan masyarakat. Anak muda Indonesia memiliki potensi yang besar untuk membawa perubahan positif dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pendidikan, dan lingkungan.
Memilih Gibran sebagai cawapres Prabowo juga dapat mengirimkan sinyal yang salah kepada anak muda Indonesia. Hal ini dapat membuat mereka berpikir bahwa mereka harus memiliki hubungan khusus atau kedekatan dengan orangtua yang berkuasa untuk mendapatkan kesempatan yang sama dalam politik.
Tentu saja, kita tidak boleh menyalahkan Gibran sepenuhnya atas penunjukan ini. Dia memiliki hak untuk terlibat dalam politik dan berkontribusi dalam pembangunan negara. Namun, sebagai masyarakat, kita harus mempertanyakan apakah penunjukan ini benar-benar mewakili kepentingan dan aspirasi anak muda Indonesia secara keseluruhan.
Sebagai alternatif, kita perlu mendorong partai politik untuk mencari calon cawapres yang benar-benar mewakili kepentingan anak muda Indonesia. Calon yang memiliki visi dan komitmen untuk memajukan negara, serta kemampuan dan pengalaman yang memadai.
Kita juga perlu mengingat bahwa anak muda Indonesia memiliki beragam latar belakang, pandangan, dan aspirasi. Oleh karena itu, penting untuk memilih pemimpin yang dapat mewakili keberagaman ini dan memastikan bahwa suara anak muda didengar dan dihargai.
Sebagai masyarakat, kita memiliki tanggung jawab untuk mengawasi proses politik dan memastikan bahwa pemimpin masa depan benar-benar mewakili kepentingan rakyat. Kita harus memperjuangkan sistem politik yang lebih transparan, adil, dan inklusif.
Penunjukan Gibran sebagai cawapres Prabowo mungkin hanya satu contoh dari banyaknya tantangan yang dihadapi oleh anak muda Indonesia dalam terlibat dalam politik. Namun, dengan kesadaran dan tindakan kolektif, kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi anak muda Indonesia dan negara kita.
Sebagai anak muda Indonesia, mari kita tetap bersemangat dan berjuang untuk mewujudkan perubahan positif yang kita inginkan. Mari kita terus berpartisipasi dalam politik, memilih pemimpin yang benar-benar mewakili kita, dan bekerja sama untuk membangun negara yang lebih baik. (Bernard Simamora)
The post Gibran Cawapres, Tidak Merepresentasikan Anak Muda Indonesia first appeared on Majalah Hukum.